Seni tari
Seni tari utama dalam Suku Sunda adalah tari jaipongan, tari merak, dan tari topeng.
Tanah Sunda (Pasundan) dikenal memiliki aneka budaya yang unik dan menarik, Jaipongan
adalah salah satu seni budaya yang terkenal dari daerah ini. Jaipongan
atau Tari Jaipong sebetulnya merupakan tarian yang sudah moderen karena
merupakan modifikasi atau pengembangan dari tari tradisional khas Sunda
yaitu Ketuk Tilu.
Tari Jaipong ini dibawakan dengan iringan musik yang
khas pula, yaitu degung. Musik ini merupakan kumpulan beragam alat musik seperti gendang, go'ong atau gong, saron, kacapi,
suling, angklung. dsb. Degung bisa diibaratkan 'Orkestra' dalam musik
Eropa/Amerika. Ciri khas dari Tari Jaipong ini adalah musiknya yang
menghentak, dimana alat musik kendang terdengar paling menonjol selama
mengiringi tarian. Tarian ini biasanya dibawakan oleh seorang,
berpasangan atau berkelompok. Sebagai tarian yang menarik, Jaipong
sering dipentaskan pada acara-acara hiburan, selamatan atau pesta
pernikahan.
Wayang Golek
Tanah
Pasundan terkenal dengan kesenian Wayang Golek-nya. Wayang Golek adalah
pementasan sandiwara boneka yang terbuat dari kayu dan dimainkan oleh
seorang sutradara merangkap pengisi suara yang disebut Dalang. Seorang
Dalang memiliki keahlian dalam menirukan berbagai suara manusia. Seperti
halnya Jaipong, pementasan Wayang Golek diiringi musik Degung lengkap
dengan Sindennya.
Wayang Golek biasanya dipentaskan pada acara hiburan,
pesta pernikahan atau acara lainnya. Waktu pementasannya pun unik, yaitu
pada malam hari (biasanya semalam suntuk) dimulai sekitar pukul 20.00 –
21.00 hingga pukul 04.00 pagi. Cerita yang dibawakan berkisar pada
pergulatan antara kebaikan dan kejahatan (tokoh baik melawan tokoh
jahat). Cerita wayang yang populer saat ini banyak diilhami oleh budaya
Hindu dari India, seperti Ramayana atau Perang Baratayudha. Tokoh-tokoh
dalam cerita mengambil nama-nama dari tanah India. Dalam Wayang Golek,
ada ‘tokoh’ yang sangat dinantikan pementasannya yaitu kelompok yang
dinamakan Purnakawan, seperti Cepot, Dawala, dan Gareng. Tokoh-tokoh ini
digemari karena mereka merupakan tokoh yang selalu memerankan peran
lucu (seperti pelawak) dan sering memancing gelak tawa penonton. Seorang
Dalang yang pintar akan memainkan tokoh tersebut dengan variasi yang
sangat menarik.
Seni musik
Selain
seni tari, tanah Sunda juga terkenal dengan seni suaranya. Dalam
memainkan degung biasanya ada seorang penyanyi yang membawakan lagu-lagu
Sunda dengan nada dan alunan yang khas. Penyanyi ini biasanya seorang
wanita yang dinamakan sinden. Tidak sembarangan orang dapat menyanyikan
lagu yang dibawakan sinden karena nada dan ritmenya cukup sulit untuk
ditiru dan dipelajari. Di bawah ini merupakan beberapa lagu dari daerah
Sunda:
Selain itu, ada alat musik khas Sunda di antaranya adalah:
Rumah Adat
Secara tradisional rumah orang Sunda berbentuk panggung dengan
ketinggian 0,5 m - 0,8 m atau 1 meter di atas permukaan tanah. Pada
rumah-rumah yang sudah tua usianya, tinggi kolong ada yang mencapai 1,8
meter. Kolong ini sendiri umumnya digunakan untuk tempat mengikat
binatang-binatang peliharaan seperti sapi, kuda, atau untuk menyimpan
alat-alat pertanian seperti cangkul, bajak, garu dan sebagainya. Untuk
naik ke rumah disediakan tangga yang disebut Golodog yang terbuat dari
kayu atau bambu, yang biasanya terdiri tidak lebih dari tiga anak
tangga. Golodog berfungsi juga untuk membersihkan kaki sebelum naik ke
dalam rumah.
Rumah adat Sunda sebenarnya memiliki nama yang berbeda-beda
bergantung pada bentuk atap dan pintu rumahnya. Secara tradisional ada
atap yang bernama suhunan Jolopong, Tagong Anjing, Badak Heuay, Perahu
Kemureb, Jubleg Nangkub, Capit Gunting, dan Buka Pongpok. Dari
kesemuanya itu, Jolopong adalah bentuk yang paling sederhana dan banyak
dijumpai di daerah-daerah cagar budaya atau di desa-desa.
Jolopong memiliki dua bidang atap yang dipisahkan oleh jalur suhunan
di tengah bangunan rumah. Batang suhunan sama panjangnya dan sejajar
dengan kedua sisi bawah bidang atap yang sebelah menyebelah, sedangkan
lainnya lebih pendek dibanding dengan suhunan dan memotong tegak lurus
di kedua ujung suhunan itu.
Interior yang dimiliki Jolopong pun sangat efisien. Ruang Jolopong
terdiri atas ruang depan yang disebut emper atau tepas; ruangan tengah
disebut tengah imah atau patengahan; ruangan samping disebut pangkeng
(kamar); dan ruangan belakang yang terdiri atas dapur yang disebut pawon
dan tempat menyimpan beras yang disebut padaringan. Ruangan yang
disebut emper berfungsi untuk menerima tamu. Dulu, ruangan ini dibiarkan
kosong tanpa perkakas atau perabot rumah tangga seperti meja, kursi,
ataupun bale-bale tempat duduk. Jika tamu datang barulah yang empunya
rumah menggelarkan tikar untuk duduk tamu. Seiring waktu, kini sudah
disediakan meja dan kursi bahkan peralatan lainnya. Ruang balandongan
berfungsi untuk menambah kesejukan bagi penghuni rumah. Untuk ruang
tidur, digunakan Pangkeng. Ruangan sejenis pangkeng ialah jobong atau
gudang yang digunakan untuk menyimpan barang atau alat-alat rumah
tangga. Ruangan tengah digunakan sebagai tempat berkumpulnya keluarga
dan sering digunakan untuk melaksanakan upacara atau selamatan dan ruang
belakang (dapur) digunakan untuk memasak.
Ditilik dari segi filosofis, rumah tradisional milik masyarakat Jawa
Barat ini memiliki pemahaman yang sangat mengagumkan. Secara umum, nama
suhunan rumah adat orang Sunda ditujukan untuk menghormati alam
sekelilingnya. Hampir di setiap bangunan rumah adat Sunda sangat jarang
ditemukan paku besi maupun alat bangunan modern lainnya. Untuk penguat
antar tiang digunakan paseuk (dari bambu) atau tali dari ijuk ataupun
sabut kelapa, sedangkan bagian atap sebagai penutup rumah menggunakan
ijuk, daun kelapa, atau daun rumia, karena rumah adat Sunda sangat
jarang menggunakan genting. Hal menarik lainnya adalah mengenai material
yang digunakan oleh rumah itu sendiri. Pemakaian material bilik yang
tipis dan lantai panggung dari papan kayu atau palupuh tentu tidak
mungkin dipakai untuk tempat perlindungan di komunitas dengan peradaban
barbar. Rumah untuk komunitas orang Sunda bukan sebagai benteng
perlindungan dari musuh manusia, tetapi semata dari alam berupa hujan,
angin, terik matahari dan binatang.
Sistem Kekerabatan
Sistem keluarga dalam suku Sunda bersifat bilateral, garis keturunan
ditarik dari pihak bapak dan ibu. Dalam keluarga Sunda, bapak yang
bertindak sebagai kepala keluarga. Ikatan kekeluargaan yang kuat dan
peranan agama Islam yang sangat mempengaruhi adat istiadat mewarnai
seluruh sendi kehidupan suku Sunda. Dalam suku Sunda dikenal adanya
pancakaki yaitu sebagai istilah-istilah untuk menunjukkan hubungan
kekerabatan. Dicontohkannya, pertama, saudara yang berhubungan langsung,
ke bawah, dan vertikal. Yaitu anak, euncu (cucu), piut (buyut), bao, canggahwareng atau janggawareng, udeg-udeg, kaitsiwur atau gantungsiwur. Kedua, saudara yang berhubungan tidak langsung dan horizontal seperti anak paman, bibi, atau uwak, anak saudara kakek atau nenek, anak saudara piut.
Ketiga, saudara yang berhubungan tidak langsung dan langsung serta
vertikal seperti keponakan anak kakak, keponakan anak adik, dan
seterusnya. Dalam bahasa Sunda dikenal pula kosa kata sajarah dan sarsilah
(salsilah atau silsilah) yang maknanya kurang lebih sama dengan kosa
kata sejarah dan silsilah dalam bahasa Indonesia. Makna sajarah adalah
susun galur/garis keturunan.
Masakan Khas
Beberapa jenis makanan jajanan tradisional Indonesia yang berasal
dari tanah sunda, seperti sayur asem, sayur lodeh, pepes, tutug oncom,
lalaban, dll.
Profesi
Mayoritas masyarakat Sunda berprofesi sebagai petani dan berladang, ini disebabkan tanah Sunda yang subur.[6] Sampai abad ke-19, banyak dari masyarakat Sunda yang berladang secara berpindah-pindah.
Selain bertani, masyarakat Sunda seringkali memilih untuk menjadi
pengusaha dan pedagang sebagai mata pencariannya, meskipun kebanyakan
berupa wirausaha kecil-kecilan yang sederhana, seperti menjadi penjaja
makanan keliling, membuka warung
atau rumah makan, membuka toko barang kelontong dan kebutuhan
sehari-hari, atau membuka usaha cukur rambut, di daerah perkotaan ada
pula yang membuka usaha percetakan, distro, cafe, rental mobil dan jual
beli kendaraan bekas. Warung nasi khas Sunda, warung mi instan (lazim
disebut "warung indomie") dan bubur kacang hijau, serta warung kopi
adalah usaha ekonomi mikro sektor informal yang lazim dijalani oleh
orang Sunda. Profesi pedagang keliling banyak pula dilakoni oleh
masyarakat Sunda, terutama asal Tasikmalaya dan Garut. Chairul Tanjung dan Eddy Kusnadi Sariaatmadja
merupakan contoh-contoh pengusaha berdarah Sunda yang berhasil. Chairul
Tanjung dan Eddy Kusnadi Sariaatmadja bahkan masuk ke dalam daftar 40
orang terkaya di Indonesia yang dirilis majalah Forbes pada tanggal 29
November 2012.
sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Sunda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar